Rabu, 11 Desember 2013

Sabar itu.... (1)


Sabar itu...

“Ya sabar sih sabar, tapi kan sabar itu ada batasnya”
“Sabar itu tidak ada batasnya, kalau ada batasnya ya berarti bukan sabar”
Pernyataan-pernyataan itu seringkali  terdengar, entah dari saudara, teman, tetangga, ataupun dari dialog-dialog di sinetron televisi.

Lalu yang jadi pertanyaan: Sabar itu apa? Bagaimana kita bersabar? Dan adakah batasan sabar, dimana?

Dari sekian definisi sabar, yang menurut saya paling pas adalah "Sabar merupakan sikap dan perilaku menahan diri untuk tetap dalam aturan syariat Islam dengan tidak melakukan apa yang dilarang dan menjalankan apa yang ditetapkan".

Misalnya si Tono sering menjadi bulan-bulanan si Bejo. Setiap hari si Tono harus menyerahkan semua uang sakunya ke si Bejo, jika tidak maka si Bejo akan memukuli si Tono. Jelas si Bejo telah mendzolimi si Tono. Tapi saat ada orang yang ingin membantunya menghadapi si Bejo, si Tono malah bilang: “Nggak usah deh Bro, gue masih sabar kog....”  ~ Weleh..., Ini bukan sabar tapi legalisasi kedzoliman!

Dan pada suatu waktu (masih cerita permisalan si Tono dan si Bejo) walaupun si Tono sudah memberikan semua uang sakunya, si Bejo tetap memukulinya. Si Tono tidak terima, dia sangat kesal dengan perlakuan si Bejo. Si Tono merasa saat itu kesabarannya telah habis. Namun tak ada lagi orang yang mau membantunya melawan si Bejo. Maka si Tono memfitnah si Bejo mencuri uangnya. Apakah si Tono sudah keluar dari batas kesabaran? Jawabannya: Iya, karena Islam melarang berkata dusta apalagi memfitnah orang lain.

Tapi lain cerita kalau si Tono menerima bantuan teman-temannya untuk mengatakan pada si Bejo bahwa apa yang si Bejo lakukan pada si Tono adalah kedzoliman yang tidak boleh dilakukan. Walaupun si Tono dan teman-temannya harus menerima resiko, berkelahi dengan si Bejo misalnya, bukan berarti si Tono keluar dari batas kesabaran karena dalam Islam membela hak dari kedzoliman orang lain itu diperbolehkan.

Contoh lagi, si A seorang pedagang bakso. Lalu si B mendatangi warung si A untuk menghutang semangkuk bakso. Si A memberikan semangkuk bakso dengan harapan besok si B akan membayarnya. Keesokan harinya, si B datang lagi tapi bukan untuk membayar utang baksonya melainkan untuk menghutang semangkuk bakso lagi. Hal itu tersebut terjadi selama berhari-hari. Dan ahirnya si A mengatakan pada si B bahwa dia tidak akan memberikan hutang bakso lagi sebelum si B membayar hutang-hutang bakso sebelumnya. Apakah si A dinilai tidak sabar? Tentu tidak. Karena yang dilakukan si A masih dalam batas aturan syariat, walaupun tidak ada larangan bagi si A untuk terus memberi semangkuk bakso pada si B sebagai niatan sedekah.

Namun si A telah keluar dari batas kesabaran jika dia tetap memberikan bakso pada si B, tapi saat si B tidak ada si A mempergunjingkan kelakuan si B pada tetangganya.

Nah jelas kan, batas sabar itu ada pada batasan syariat bukan pada lamanya kita bertahan pada suatu keadaan. So, selama yang kita lakukan benar dan sesuai dengan aturan hukum Islam kita masih dalam batas kesabaran. Tapi jika yang kita lakukan bertentangan dengan ajaran Islam, saat itulah kita keluar dari batas kesabaran.

Setuju?! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar