Teringat, ada seseorang menghubungi saya dari saluran telepon, dia menanyakan adakah saran pengisi materi untuk semacam pelatihan pengembangan diri. Saya tanya, "Tema materi yang mau dibawakan apa?" Si penelpon menjawab, "Who Am I, Mbak." Saat itu saya memang tidak bisa banyak memberi solusi, karena selain pemberitahuannya mendadak, tempatnya juga jauh.
Tapi sempat terbersit keingintahuan dalam pikiran, saat tema yang diajukan seorang teman itu kembali terngiang... "Who Am I, Mbak."
Who Am I...??
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah menonton film dengan judul yang sama, Who Am I. Kalau tidak salah ingat film itu dibintangi Jackie Chan, mengisahkan tentang orang yang lupa ingatan. Dan sejauh yang saya tau, ungkapan 'who am i' adalah kata yang lazim terucap dari seorang yang sedang mengalami kehilangan memori atau mengalami gangguan daya ingat, yang biasa disebut amnesia.
So, kenapa dijadikan judul pada materi pelatihan?? Tapi kemudian pikiran itu tenggelam ditelan alunan rutinitas keseharian.
Kemudian ketika saya jalan-jalan, kebetulan ada poster seminar pengembangan kepribadian. Iseng saja, say perhatikan dari waktu dan tempat pelaksanaan, pembicara, sampai pada materinya. Who Am I, menjadi salah satu materi dalam seminar itu. Who Am I lagi?!
Saya jadi berpikir lagi, apa perlunya materi Who Am I disiipkan dalam seminar atau pelatihan pengembangan kepribadian. Apakah audiens yang hadir disana sebagian besar pasien amnesia yang pernah lupa ingatan? Atau, si author seminar merasa semakin banyak orang yang berpotensi lupa ingatan sehingga butuh materi who am i sebagai penangkal manakala amnesia tiba-tiba terjadi? Tapi apakah jika eks peserta seminar tiba-tiba amnesia, mereka masih bisa mengingat materi seminar yang pernah diterimanya? Wah saya jadi tambah bingung...
Rabu, 12 Februari 2014
Selasa, 11 Februari 2014
CH : 0 = ~ (hasil ngonsep semalaman)
CH : 0 = ~, dibaca Cinta Hakiki dibagi nol sama dengan tak
terhingga. Konsep ini tercetus dan sejalan dengan kaidah ilmu hitung bahwa
suatu bilangan yang dibagi ‘0’ (nol) hasilnya tidak terhitung atau memberikan
hitungan tidak terhingga. Ketidak-beradaan ukuran hitung dalam simbol ‘0’ (nol)
menjadi ajaib jika diposisikan sebagai pembagi bilangan lain.
Jika sebuah bilangan dibagi dengan bilangan asli (selain
‘0’), hasilnya tentu akan memiliki nilai
lebih kecil dari bilangan sebelumnya. Misalnya:
8 : 2 hasilnya 4 (empat
memiliki nilai lebi kecil dari delapan)
9 : 3 hasilnya 3
6 : 6 hasilnya 1; semua bilangan yang dibagi dengan bilangan
lain akan menghasilkan bilangan yang lebih kecil. Tapi tidak dengan ‘0’.
8 : 0 hasilnya...??
Dalam hitungan pembagian, ada konsep semakin kecil bilangan
pembagi akan semakin besar nilai
hasilnya, contoh:
8 : 4 hasilnya 2
8: 2 hasilnya 4
8 : 1 hasilnya 8
Lalu, jika 8 : 0
berapa hasilnya...? tentunya lebih besar dari 8, tapi berapa...?
Konsep lain, adalah:
0 : 0 = n , maka n x 0
= 0
Berapa nilai n?
Bukankah setiap bilangan yang dikali 0 hasilnya 0, maka nilai n adalah
semua nilai bilangan atau tak terhingga.
Maka ilmu hitung menyatakan, pembagian bilangan nol
menghasilkan sesuatu yang tak terdefinisi atau hasil yang tidak terhingga.
Ternyata konsep ini dapat kita terapkan pada kehidupan nyata, yakni sebagai penentu
ukuran cinta. Adakalanya orang bingung
menentukan bagaimana membagi cinta kepada orang tua, sahabat, teman, ataupun
pasangan, sedangkan setiap orang hanya memiliki satu hati. Lantas bagaimana
membagi cinta yang bersemayam dalam satu hati itu pada orang-orang disekeliling
kita?
Jawabannya adalah: bagi cintamu dengan bilangan 0!
Sederhananya, membagi cinta dengan 0 adalah mencintai
sepenuh-penuhnya. Cinta dibagi nol
adalah cinta yang tidak terbagi. Yakni memenuhi hati dengan cinta yang utuh
sehingga tidak ada celah untuk pembagian yang lain. Jadi orientasi hati kita
hanya pada cinta itu.
Apakah lalu kita tidak bisa mencintai hal yang lain?
Kembali pada konsep pembagian
nol, bahwa sesuatu yang dibagi ‘0’ akan mengasilkan hitungan tak
terhingga, maka cinta dibagi ‘0’ akan menghasilkan cinta yang tak terhingga
pula.
Jika konsep ini dapat teraktivasi, kita akan bisa mencintai apapun
dan siapapun tanpa batas.
Pertanyaan selanjutnya, adakah yang patut kita cintai dengan
sepenuh-penuhnya hingga dalam hati tak boleh ada celah yang lain?
Ada donk....
Siapa???
Dia adalah cinta pertama kita! Dialah yang menyematkan rasa
cinta kepada hati setiap manusia. Yang telah mengambil persaksian sebelum kita
lahir, sebelum ruh kita ditiupkan pada rahim. Dia yang mengilhamkan pada hati
untuk senantiasa mencari dan mengenal siapa cinta sejatinya.
Minggu, 05 Januari 2014
Hallo, Cinta!
Hallo,
Cinta!
Sebuah
review buku #Penjaja Cerita Cinta
Saya tercengang tatkala membaca paragraf pertama pada halaman pengantar: Anda harus baca samapi selesai setiap cerpen
dalam buku ini! Jangan menyimpulkan apapun sebelum menuntaskannya!
Wuih! Sadis bener ya...padahal cerita itu kan
dinikmati. Kalau asik ya terus bacanya, kalau nggak asik ya ditinggal aja. Tapi
kenapa sampai ada ultimatum segitunya langsung dari penulis?!
Well, setelah
menuntaskan seluruh cerita dalam buku ini saya baru ‘ngeh’ bahwa ada nilai pesan yang tersirat yang tidak mungkin terbaca jika kamu tidak tuntas
membacanya.
Thats right!
Judul : Penjaja Cerita Cinta
Penulis : @edi_akhiles
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 : Desember 2013
Tebal : 192 halaman
Buku ini bercerita tentang cinta.
Cinta penulis pada dunianya. Judul buku “Penjaja Cerita Cinta” diambil dari
judul cerpen pertama yang berkisah tentang
penjaja cerita yang menceritakan cerita cinta seorang gadis dan kesetiaannya menunggu kekasih di kala senja. Secara gamblang tak ada kaitanya cerpen Penjaja Cerita Cinta ini
dengan ke empat belas cerita lainnya. Karena lima belas cerita dalam buku
ini memang memiliki karakter yang berbeda. Namun dalam cerpen Penjaja Cerita Cinta
agaknya penulis begitu cerdik menyisipkan muatan Rindu, Perpisahan, Kenangan,
dan Kesetiaan dalam tatanan alur yang pas. Empat unsur yang tak lepas dari esensi
cinta itu kemudian mengalir pada cerita-cerita selanjutnya;Rabu, 01 Januari 2014
Sabar itu... (2)
Sumber gambar: hasil googling ^_^ |
Saat belajar tentang sabar, saya menemukan beberapa ayat:
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" QS. 2 : 153
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" QS. 3 : 200
Langganan:
Postingan (Atom)