Jumat, 13 Desember 2013

Pemuda Sayap Politik Indonesia



masih sempatkah kita berbenah
or, menyesalkah kita
dengan pemikiran yg masih sama

  
Pemuda Sayap Politik Indonesia


Masih ingatkah kita tentang seorang gadis belia yang sempat menjadi pembicaraan di berbagai media pertengahan September 2012 lalu? Gadis itu bernama Bashaer Othaman yang berasal dari palestina. Dia mengunjungi Indonesia disponsori oleh World Peace Movement guna menyampaikan pesan perdamaian bagi generasi muda di Indonesia. Tapi yang menjadi sorotan sebenarnya bukan pada pesan yang hendak disampaikan remaja ayu itu. Melainkan yang lebih menarik dan membuat publik tercengang adalah talenta Bashaer yang telah menduduki jabatan Walikota di usianya yang tak lebih dari enam belas tahun! Ya, pengalaman memimpin kota Allar Tepi Barat Palestina saat sekelas pelajar membuat Bashaer menyandang predikat Walikota termuda di dunia.

Kamis, 12 Desember 2013

Tunjuk Dengan Jarimu, Nak… Dan Mulailah Belajar



~Hyt.K


Bismillahirohmanirrahim….
           Dengan menyebut namaMu ya Allah, langkah ini dan ribuan langkah-langkah lain hanya mengharap suatu ridloMu. Bismillahirahmanirrahim, satu langkah lagi  ya Allah, satu langkah memasuki gerbang amanah yang berhasil tidak aku rebut dengan paksa atau dengan cara yang nista.
Tuhan, bukankah satu langkah ini mudah? Namun terasa berat saat terbayang betapa panjang perjuangan yang tersisa. Sangat berat kugerakkan kakiku memasuki gerbang ini. Walau ini adalah pilihanku. Walaupun ini keinginanku. Walau ini impianku.
Bismillah, bisa-kan aku ya Allah. Bisakan aku menebar cintaMu dengan ayunan langkahku.

Rabu, 11 Desember 2013

Sabar itu.... (1)


Sabar itu...

“Ya sabar sih sabar, tapi kan sabar itu ada batasnya”
“Sabar itu tidak ada batasnya, kalau ada batasnya ya berarti bukan sabar”
Pernyataan-pernyataan itu seringkali  terdengar, entah dari saudara, teman, tetangga, ataupun dari dialog-dialog di sinetron televisi.

Lalu yang jadi pertanyaan: Sabar itu apa? Bagaimana kita bersabar? Dan adakah batasan sabar, dimana?

Dari sekian definisi sabar, yang menurut saya paling pas adalah "Sabar merupakan sikap dan perilaku menahan diri untuk tetap dalam aturan syariat Islam dengan tidak melakukan apa yang dilarang dan menjalankan apa yang ditetapkan".

Selasa, 10 Desember 2013

Dari post komen: “Mengapa Menulis dan Membaca Buku Cerita itu Penting?”

Awalnya cuma numpang komen sekaligus ngarep buku gratisan + mau ikutan lomba review, tapi setelah membaca ulang kog rasanya lebih menohok buat diri sendiri... Yah supaya ingat terus, sekalian publis disini juga deh... ^_^

Membaca cerita itu seperti mengganti jeruji penjara dengan layar kaca. So, kita tidak melulu melihat dunia hanya sebatas hitamnya besi jeruji dan putihnya dinding penjara plus seragam tahanan yang juga garis-garis hitam-putih -- itu dalam kartun sih, kalau di Indonesia setahuku masih biru ^_^--. Membaca cerita membuat kita merasakan dunia ini dinamis, bergerak dengan warna-warna yang berbeda.

Sabtu, 07 Desember 2013

Wisata Pantai Bentar

Pemandangan laut selalu menyuguhkan beragam nuansa. Tidak melulu buritan kapal atau lambaian layar.  Tidak pula bayangan sauh atau uluran jangkar. Atau tidak juga hanya berkisar hilir mudik sampan para pengail ikan. Namun indahnya lautan bisa dinikmati dalam balutan ketenangan. Angin sepoi sesekali mengikuti tanpa membuat ombak meninggi. Air dengan santai membelai bibir pantai.
Merentas pagi, kilau matahari menelanjangi makhluk-makhluk laut yang masih bersembunyi. Sekumpulan plankton diikuti barisan sejenis keong atau yang biasa disebut kulnenek menyebrangi pasir menuju persembunyian dibawah batu karang.  Disisi timur, tumbuhan bakau berjejer rimbun. Dari sela-sela pohon kadang muncul sekawanan burung berlomba terbang.
 Menjelang siang, pedagang ramai menggelar barang. Rata-rata menjual makanan ringan seperti kacang, snakc kentang, sampai gado-gado dan lontong kupang. Untuk minuman, sajian kelapa muda menjadi andalan.
Sayangnya, tidak semua orang pernah merasakan pemandangan  ini. Wisata Pantai Bentar memang belum banyak dikenal.  Padahal  panorama yang ditawarkan cukup menjanjikan. Lokasi pantai berada di kaki bukit, persis di tepi tikungan jalan raya arah Banyuwangi Surabaya, 7 kilometer dari kota Probolinggo. Secara geografis, kawasan pantai ini terletak di kecamatan Gending kabupaten Probolinggo. Akses jalan tidak sulit. Dengan kendaraan pribadi cukup menempuh perjalanan sekitar 10 menit dari pusat kota. Atau calon pengunjung dapat menumpang mobil angkutan umum dari Probolinggo dengan arah tujuan Situbondo.
Di tahun 2006, perairan dibawah areal perbukitan ini mulai diupayakan pengelolaannya  dan ditargetkan menjadi tujuan wisata. Lahan seluas kurang lebih 1.440 meter persegi disediakan sebagai

Jumat, 06 Desember 2013

Duo Edi



 Ketika banyak orang mengejar posisinya, jujur dia berkata, “Dulu saya bercita-cita jadi petani.” Nadanya datar. Sama sekali tidak menyiratkan penyesalan karena kini tiap jam ada saja masalah yang datang. Juga bukan ucapan kesombongan atas prestasi yang melebihi harapan. Dia hanya menegaskan bahwa hidup ini seperti aliran air yang membawa kita bersamanya. Kadang berarus tenang yang menjadi tempat kita berenang riang. Namun kadang seperti jeram, yang membuat kita rela terlempar.

Kamis, 05 Desember 2013

Saham Bagi Para Buruh




Tuntuan kenaikan upah buruh  yang hampir terjadi tiap tahun sebenarnya adalah bentuk pelecehan pada perusahaan. Yang artinya perusahaan belum bisa berinisiatif menaikkan nilai kesejahteraan  bagi para pekerjanya, sehingga inisiatif harus lahir dari para pekerja itu sendiri. Toh, tuntuan para buruh itu bukan seratus persen tidak mungkin direalisasikan. Terbukti ‘baru’ setelah dilakukan demo besar-besaran pihak perusahaan mau memberikan nilah upah yang lebih besar. Walaupun jumlah angkanya tidak sama persis dengan yang tertera pada kertas tuntutan, tapi paling tidak sudah ada kesepakatan baru tentang harga jasa antara buruh dan perusahaan. Jadi bukankah perusahaan memiliki kemampuan menaikkan upah? (pertanyaannya: mungkinkah jika tanpa diawali demo?)

Rinai Hujan di Balik Mendung Cakrawala



 


Jalan Semolowaru lenggang. Pengendara motor nampak melintas satu-satu. Itu pun hanya sekelebat lalu menghilang tak trlihat lagi. Mobil, itu juga jika ada, berjalan angkuh sambil mengibaskan bintik-bintik air dari kaca depan bagian luar. Para pejalan kaki merapatkan diri di teras-teras toko atau bangunan lain yang memiliki atap lebih untuk berteduh.
Hujan memang tidak sepenuhnya berhenti. Titik-titik air sisa masih saja menetes. Mendung tidak jua mau membubarkan diri. Hingga langit harus rela bertahan dengan warna kelabu. Angin berhembus syahdu, menyeruakan aroma khas tanah basah. Pantaslah jika orang-orang masih enggan keluar. Cuaca begini memang paling enak menyembunyikan diri. Meski sebagian orang sudah mulai melakukan aktifitasnya, sebagian lain menunda dengan alasan akan ada hujan lebat susulan.
Bagiku, hujan adalah anugrah. Airnya bisa jadi mengandung berkah. Karena hujan merupakan suatu keajaiban semesta. Bukankan hujan adalah sirkulasi alam. Ia adalah hasil dari penguapan air laut yang kemudian mengalami proses pembekuan/ penyubliman/ pengembunan/ pencairan, atau apalah namanya.

Menampilkan Diri Sebagai Seorang Muslim Adalah Dakwah



Di antara ciri utama berdakwah  tidak saja mengamalkan ajaranNya dan menjauhi segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang Muslim di manapun ia berada.  Allah berfirman pada sebuah ayat: wa qaala innanii minal muslimiin. Dengan kata lain tidak cukup seorang mengamalkan Islam hanya dengan shalat, membayar zakat dan menjalankan haji, sementara dalam hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam,

Rabu, 04 Desember 2013

Korupsi... Oh, Korupsi... Nasibmu Kini

Korupsi... Oh, Korupsi... Nasibmu Kini


Alkisah di suatu negeri, raja hendak mengadakan perayaan kerajaan. Seluruh rakyat diwajibkan memberikan sebelanga susu sebagai minuman pada acara jamuan. Banyak  rakyat yang tidak rela, namun karena itu titah sang raja tak seorang pun berani menentangnya.

Pada hari yang ditentukan, pada punggawa raja menyiapkan sebuah gentong raksasa. Gentong itu ditelakkan di taman depan istana. Setiap rakyat yang menjadi warga negeri tersebut harus memasukkan sebelanga susu ke dalam gentong raksasa itu. Para punggawa istana juga mendata agar tidak ada rakyat yang tidak membawa belangga susu.

Ternyata ada seorang rakyat yang ingin berbuat curang. Dia tidak rela memberikan susu sebagai minuman di pesta perayaan kerajaan. Dia berniat mengisi belanga miliknya dengan air biasa. Dia berpikir bahwa susu segentong raksasa tidak akan berpengaruh jika hanya dicampur sebelanga air miliknya. Mulailah dia membawa belanga berisi air ke tempat gentong raksasa di taman istana. Para punggawa tidak akan tau karena belanga terbuat dari tanah liat yang tidak tembus pandang. Seorang rakyat tersebut langsung memasukkan air ke gentong raksasa, lalu bersegera pulang.

Setelah mengecek bahwa setiap warga telah memasukkan susu ke gentong raksasa, para punggawa menutup gentong tersebut. Keesokan harinya para punggawa hendak memberikan gentong raksasa kepada pelayan dapur istana untuk disiapkan sebagai jamuan pesta. Tapi mereka sangat terkejut saat membuka penutupnya. Para punggawa dan pelayan istana itu tercengang melihat isi gentong raksasa. Bukan air susu yang ada dalam gentong tersebut, melainkan air tawar bening yang sama dengan air kolam istana.

Syahdan, tidak hanya satu orang yang berbuat curang dengan mengisi belanganya dengan air tawar, tapi setiap rakyat melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama berpikir bahwa satu belanga air tawar tidak akan mempengaruhi segentong raksasa susu. Dan mereka berpikir dirinya akan terlepas dari kesahalan karena orang banyak lah yang akan menutupi kesalahannya.

**

Kisah tersebut adalah cerita yang pernah saya baca saat masih kanak-kanak. Pesan moralnya jelas, bahwa kerusakan yang besar bisa jadi diawali dari perilaku kita yang kecil. Bahayanya kita merasa aman dari kesalahan yang kita anggap kecil tersebut. Atau kita merasa kesalahan yang sengaja kita lakukan tidak akan berpengaruh apa-apa; tidak akan berpengaruh pada kehidupan kita apalagi kehidupan banyak orang.

Apa pengaruhnya mengambil keuntungan sekian ratus milyar dari dana negara yang APBNnya mencapai ribuan trilyun?? Seperti juga apa pengaruhnya menerima uang seratus ribu dari calon kepala daerah sedang dana kampanye mereka ratusan juta? Lalu pemikiran ini tidak hanya berhenti pada satu orang melainkan menjadi wabah pada setiap orang. Maka lihatlah pelaku kasus korupsi korupsi jumlahnya bertambah setiap hari. Bahkan jika foto mereka yang sudah terbukti korupsi dan dinyatakan bersalah di jajar di lembaran kertas, jumlahnya bisa menyaingi jumlah foto caleg DPD pada pemilu 2004. Belum lagi mereka yang masih bsa menutupi kejahatan korupsinya.

Padahal kita ingat bagaimana kisah masa kecil seorang ulama besar Asy Syafi'i, saat ibunya meninggalkan beliau sendiri di beranda rumah. Muhammad bin Idris asy-Syafi’i yang saat itu masih bayi lalu menangis. Seorang tetangga yang iba melihat Syafi'i kecil menangis serta merta menyusuinya. Mengetahui bayinya disusui orang lain, ibu imam Syafi'i segera merebut anaknya dan membawa kedalam rumah. Ibu sang imam mengguncang-guncangkan dan mengocok perut anaknya dengan keras hingga semua cairan di perutnya muntah keluar. Seorang keluarga mempertanyakan apa yang dilakukannya, lalu si ibu menjawab: "Aku hanya khawatir perempuan tadi memakan makanan yang subhat kemudian air susunya terminum oleh anakku." Subahanallah!

Pertanyaannya: apa pengaruh susu dari perempuan yang memakan makanan subhat bagi kehidupan sang anak?  (Namun paling tidak kita punya gambaran bagaimana seorang ibu menjaga makanan yang sampai ke perut anaknya sehingga si anak tumbuh sebagai penghafal Al Quran pada usia tujuh tahun).

Kembali pada bahasan kita bahwa sesuatu yang besar tidak bisa lepas dari pengaruh sesuatu yang kecil. Begitupun pada fenomena korupsi yang semakin menggurita. Dan seyogyanya kita tidak perlu tercengang dengan ulah pejabat A yang melakukan tindakan korupsi senilai sepuluh milyar, pejabat B dengan nilai enam trilyun, pejabat C dengan jumlah yang lebih besar dan sebagainya. Yang seharusnya ditelaah tidak melulu dari nominal yang mereka gelapkan atau jumlah potensi kerugian negara, tapi dari perilaku yang menyimpang dan tidak sesuai aturan. Hemat saya, jumlah itu menyesuaikan dimana seseorang itu berada, semakin besar dia dikelilingi pusaran uang semakin besar pula jumlah nominal yang bisa dia dapatkan. Perbedaannya seseorang mau melakukannya atau tidak.

Tentu saja tindakan korupsi itu bisa dilakukan setiap orang. Tak peduli seorang pejabat negara, pejabat daerah, atau masyarakat biasa. Korupsi bukan lagi dominasi orang-orang pemegang kekuasaan atau pemangku jabatan tertentu. Ini tentang kesadaran perilaku, sebuah kontruksi mental.

Saya contohkan pada pensubsidian BBM (Bahan Bakar Minyak, bukan BlackBerry Mesenger  ^_^ ), pengurangan/pengalihan subsidi BBM disinyalir selain bakal semakin melumpuhkan perekonomian rakyat kecil juga berpotensi menjadi 'kue' yang lebih besar di kalangan mafia anggaran. Maka bagaimanapun masyarakat diedukasi tentang dampak positif pengalihan subsidi ini, mereka akan mengeluarkan statemen: "ujung-ujungnya pasti dikorupsi." Apakah statemen ini salah? Tidak juga, karena mungkin statemen itu benar. Tapi yang butuh dicermati, saat BBM mendapat subsidi dari dana negara apakah tidak ada perilaku korupsi? Lihat dimana bus dimodifikasi sebagai wadah penampung BBM bersubsidi lalu dijual dengan harga non-subsidi. Lihat ketika penjual bensin eceran menahan barang dagangannya beberapa hari sebelum harga bensin resmi dinaikkan sehingga bensin menjadi barang langka di pasaran. Lihat bagaimana pemilik mobil-mobil high-class  'memaksa diri' turut menghabiskan dana negara dengan menjejalkan premium bersubsidi yang sejatinya diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah ke mesin mobilnya.

So, siapa mereka?  Pejabat pemerintah? Anggota DPR? Kepala Daerah? Bukan! Mereka tidak harus pejabat di pemerintahan, tidak harus punya wewenang pengelolaan anggaran negara, mereka sama seperti kita, dan bisa jadi mereka adalah diri kita sendiri.

Contoh lain pada subsidi dana pendidikan. Pemangkasan dana bantuan sekolah dari seratus juta menjadi sekian puluh juta tentu merupakan perilaku keji yang tidak bertanggung jawab oleh pejabat Kementrian Pendidikan yang berwenang. Itu jelas sebagai tindak pidana korupsi. Tapi bagaimana dengan penyalahgunaan dana operasional oleh oknum-oknum di sekolah-sekolah daerah? Jika seorang guru mengisi absen kegiatan pelatihan hanya untuk mendapatkan uang akomodasi lalu pergi meninggalkan tempat, apakah tu bukan wujud korupsi?

Menghadapi perilaku korupsi yang sudah sedemikian meluas, sedemikian mengakar, dan sedemikian rumit, banyak pakar yang kemudian mewacanakan perubahan sistem, baik sistem pemerintahan, sistem administrasi, sistem pengawasan, dan berbagai sistem yang lain. Bagi saya, perubahan yang paling utama, sangat urgent, dan harus segera dilakukan adalah perbaikan mental. Karena sistem hanyalah sebuah medium, dan mental adalah mesin yang menggerakkan perilaku manusia.

Setiap dari kita yang harus merekontruksi pemikiran bahwa hal kecil yang kita lakukan akan berpengaruh besar pada kehidupan kita dan kehidupan banyak orang. Tidak peduli berapapun nominal dan keuntungan yang kita dapatkan yang tidak semestinya atau melalui jalan yang salah akan menjadi bumerang di waktu yang akan datang. Dan kita harus rela menghapus pernyataan "jika aku tidak ambil pun akan diambil orang lain" dari mental kita, karena sama seperti sikap buruk sikap baik pun berpotensi menyebar pada orang lain. Toh walaupun orang lain masih melakukan korupsi saat kita memilih menahan diri, kita tidak akan rugi.

"Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah 'Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu" (HR Ahmad)

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula" (QS. 99 : 7-8).

Semoga kita umat muslim termasuk orang-orang yang terlindungi dari perilaku-perilaku korupsi sekecil apapun dan dimanapun kita berada.



*) Ditulis oleh Hayatika Ukiyanus sebagai materi lomba Menulis di Blog "Muslim Anti Korupsi" yang diselenggarakan oleh @ppmAswaja
 www.cyberdakwah.com

info lombanya disini

Selasa, 03 Desember 2013

Film Islami Atau Islamisasi Film (2)

~ Lanjutan dari Filim Islami atau Islamisasi Film (1)


             
Simbolisasi Islam Dalam Film
            Memang belum ada teori baku tentang apa dan bagaimana film dikategorikan film Islami. Namun seyogyanya sebuah film Islam bermula dari suatu niat mendakwahkan islam ditengah masyarakat. Dan sesuai dengan konsep dakwah Islam yakni amarmakruf nahi munkar, maka film islam haruslah memberi pemahaman konsep Islam secara benar, mendorong terhadap perbaikan perilaku ummat, dan menceggah kebatilan. Bukan hanya sebagai pelabelan atau simbolisasi Islam.
            Seperti yang banyak kita lihat dilayar kaca menjamurnya film-film bergenre Islam seakan tidak lebih dari melabelkan seseorang dengan atribut Islam.  Seorang yang kaya dan congkak, dengan hanya menyelempangkan kain sorban jadilah tokoh haji yang sombong. Seorang gadis yang ingin digambarkan baik dan manis, cukup dengan membalut wajahnya dengan sehelai kerudung cocoklah dia menyandang tokoh muslimah. Dan jika ingin mengambarkan sosok ustad cukuplah kiranya memasangkan assesoris berupa songkok atau kopyah dikepalanya. Baik sorban, kerudung, kopyah, dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang sengaja dilekatkan untuk memberikan kesan islami, walaupun keseharian mereka digambarkan jauh dari tuntunan Islam.
            Lantas apakah hal ini patut mendapat apresiasi positif? Penulis menyatakan tidak!

Film Islami Atau Islamisasi Film (1)



              Sejenak flashback pada 10 sampai 5 tahun yang lalu, saat Ramadhan mata kita selalu dimanjakan dengan film-film religi yang menyuguhkan kesan kesantunan. Hampir semua stasiun televisi berlomba menyangkan film dengan para pemain yang berpakaian tertutup, scene yang banyak mengambil latar aktifitas di masjid, dialog yang tertata demi penguatan makna, penokohan atau karakter-karakter yang mendidik sekiranya pesan moral yang menjadi inti film dapat tersampaikan dengan baik. Dan walaupun kita harus menunggu satu tahun untuk kembali menikmati film-film sejenis itu, rasanya waktu  tersebut tak berarti mengingat kerinduan kita pada film yang mengangkat edukasi Islami.
            Sebutlah judul-judul “Lorong Waktu”, “Para Pencari Tuhan”, “Hikmah”, atau serial khusus Ramadhan yang lainnya. Selain sebagai hiburan, film bergenre islami itu banyak disukai karena sarat bermuatan hikmah. Alhasil, film-film tersebut meraup rating tinggi sehingga ada yang sempat ditayangkan ulang pada tahun berikutnya dan ada juga yang diproduksi ulang dengan judul dan pemain yang sama. Bahkan ada yang bertahan hingga periode tahun ke enam. Walaupun, banyak pula yang menyayangkan seri-seri pada tahun ke dua dan selanjutnya tidak sebagus seri-seri pada tahun perdananya. Ada juga yang mengatakan terjadi penurunan kualitas nilai pesan  atau pengikisan hikmah-hikmah pada pada seri yang belakangan karena ide cerita sudah tidak fresh lagi dan terkesan dipaksa-paksakan.
            Dia awal tahun 2008, muncul sebuah film yang fenomenal. Film berjudul “Ayat-ayat Cinta” yang diangkat dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy itu menjadi pembicaraan cukup panjang di lingkungan publik. Selain memberi pemandangan yang berbeda karena berlatar kehidupan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Al-Azhar Kairo, Ayat-ayat Cinta menghadirkan lika-liku cerita yang memikat. Tak ayal, meski sang penulis novel mengakui ada beberapa bagian yang menyimpang dan tidak seseui dengan karya aslinya, film ini menuai kesuksesan yang luar biasa.

My Veil My Dream




My Veil My Dream

Hyt,k


            Kupandang diriku dalam cermin dengan hati mengharu basah. Betapa cantik wajah ini dalam balutan kain satin warna ungu.  Benar kata Mbak Santi bahwa inilah yang disebut ‘krona rembulan’.
“Coba perhatikan saat bulan purnama, ada garis melingkar yang tampak mengelilingi rembulan. Garis itu yang membuat cahaya bulan tampak menyatu, tidak terlalu bias seperti halnya cahaya matahari yang menyilaukan. Cahaya yang terlalu menyilaukan membuat mata kita sakit jika melihatnya terus menerus. Garis lingkaran itu yang menjadikan cahaya bulan menjadi sahdu dan menenangkan jika dipandang. Sama seperti kerudung yang kita pakai, ukhti. Kerudung atau jibab yang kita pakai tidak akan mengurangi kecantikan  kita sedikitpun. Jilbab yang dipakai dengan ikhlas akan menjadi krona di wajah kita, yang akan mengumpulkan aura kecantikan menjadi suatu yang menyejukkan, menenangkan, dan menghindarkan seseorang dari penyakit yang bisa muncul ketika memandangnya,” tutur Mbak Santi saat pertemuan rutin yang kami sepakati sepekan sekali.
 Tak bisa dipungkiri bahwa keinginanku berjilbab telah membibit beberapa tahun yang lalu. Sejak aku iseng-iseng mengisi formulir donatur di sebuah lembaga amal. Jadilah aku penyumbang tetap, meski jumlah donasinya tidak seberapa. Yayasan pengelola amal itu kemudian rutin mengirimkan majalah keislaman, sebagai servis lembaga kepada setiap donatur. Dari isi majalah yang sering memuat kajian-kajian muslimah aku tau bahwa menutup bagian  tubuh yang tidak halal dilihat orang yang bukan muhrim adalah wajib. Maka  sebagai seorang muslimah, aku pun ingin menyambut seruan Allah dalam Quran Surah Annur ayat 31 itu.
Dan ketika Allah berkehendak mempertemukan aku dengan Mbak Santi, seorang ustadzah cantik yang begitu telaten menuntunku melafalkan huruf-huruf hijaiyah satu demi satu, keinginan itu makin kuat.  Darinya aku banyak belajar tentang hakikat Islam. Dari penuturannya pula aku

Pensil Sahabat




Armeita anak orang kaya. Semua anak tahu itu. Setiap hari dia diantar ke sekolah dengan menggunakan mobil sedan berwarna merah mengkilap. Barang-barang miliknya, seperti tas, sepatu, alat tulis dan sebagainya bagus dan berkualitas. Dia juga sering memakai aksesoris yang berbeda setiap harinya.
Dia anak pindahan dari Semarang. Aku hanya mengenal dia sekedarnya. Teman-teman di sekolahku banyak mengira dia anak yang sombong. Mereka berpikiran seperti itu karena melihat dari penampilan Meita dan tingkahnya yang lebih sering main sendiri. Padahal menurutku Armeita anak yang baik dan ramah. Hanya saja pembawaannya yang pendiam membuat dia kurang cepat akrab dengan anak yang lain.
Buktinya, ketika ujian Matematika kemarin. Saat itu aku lupa membawa alat tulis. Tempat pensil yang biasa aku bawa dalam tas, tiba-tiba tidak berada pada tempatnya. Pastilah barang itu tertinggal di rumah. Lalu, bagaimana aku mengambilnya?? Tidak mungkin meminta ijin pada Pak Bagio untuk pulang mengambilnya. Nanti malah Pak Bagio menyangka aku mengada-ada. Tapi mana mungkin aku mengerjakan ujian tanpa sebuah alat tulis pun?
Aku celingukan ke kanan dan ke kiri. Disaat seperti ini, siapa yang bisa membantuku?
Saat itulah pandanganku bertemu dengan Armeita, anak Semarang keturunan Sunda itu. Melihat kebingunganku dia bertanya, “Kenapa, An?”
“Pensilku ketinggalan,” jawabku.