Selasa, 10 Desember 2013

Dari post komen: “Mengapa Menulis dan Membaca Buku Cerita itu Penting?”

Awalnya cuma numpang komen sekaligus ngarep buku gratisan + mau ikutan lomba review, tapi setelah membaca ulang kog rasanya lebih menohok buat diri sendiri... Yah supaya ingat terus, sekalian publis disini juga deh... ^_^

Membaca cerita itu seperti mengganti jeruji penjara dengan layar kaca. So, kita tidak melulu melihat dunia hanya sebatas hitamnya besi jeruji dan putihnya dinding penjara plus seragam tahanan yang juga garis-garis hitam-putih -- itu dalam kartun sih, kalau di Indonesia setahuku masih biru ^_^--. Membaca cerita membuat kita merasakan dunia ini dinamis, bergerak dengan warna-warna yang berbeda.
Dari cerita, kita mengetahui ada kehidupan lain di luar sana yang mungkin tidak sama dengan yang terjadi pada diri kita.
 

Dengan membaca cerita kita bisa berkoar: "Eh, ternyata ada loh, seorang cowok cakep yang masih muda melepas malam pertamanya dengan wanita panggilan di sebuah hotel. Emang sih si wanita panggilan cantik 'n cerdas banget. Dan saking terkesannya si cowok dengan pengalaman pertamanya itu, dia tidak mengembalikan kunci kamar hotel dan membawanya sebagai kenang-kenangan (yang merasa dibawah umur dilarang protes! Walaupun waktu membaca cerita Supernova itu umurku baru 14 tahun, haha...)". 

Bisa juga kita mengatakan: "Jangan main-main dengan sumpah! Ada orang yang terikat sumpahya menunggu kematian seseorang, lalu dia nggak bisa mati biar udah coba bunuh diri lebih dari lima kali (yang masih sempat baca kisahnya Datuk Maringgih pasti tau)". Well, semua kisah kehidupan itu ada. Dimana? Di dunia cerita! Bahkan lapangan golf yang luasnya berhektar-hektar itu bisa dialih-fungsikan menjadi perumahan rakyat kalau para pejabat dan konglomerat mau main golfnya di udara pake sapu terbang...(hehe..., yuk bikin cerita baru!)

Trus pentingnya menulis cerita apa??
 

Dosenku pernah bilang, bisa bahaya jika seseorang terlalu lama berkutat pada sisi ontologis. Tapi lupakan pernyataan pak dosen cz bisa puyeng deh mikirin itu :p .
 

Analogi sederhananya seperti saat kita terus-terusan makan tanpa 'menelurkan sesuatu' (maaf), bisa celaka dua belas kan?! Pasti perut kita bakal senep bin mules... Nah, membaca juga gitu. Jika kita terus-terusan membaca imajenasi atau gagasan orang tanpa menelurkan hasil pikiran kita sendiri, ada saatnya kita merasa 'enek' dengan bacaan-bacaan. Lalu kita malah boring waktu liat buku. Jadi deh, reader block (yee... emang writer aja yang nge-block, kalau writer mending nge-blog aja :D ). Maka saat itulah kita harus menulis. Menulislah, keluarkan semua uneg-uneg dalam alam pikiran kita. Saat pikiran udah kosong dari uneg-uneg, kita akan merasa butuh membaca lagi.
Ada quote bagus tapi lagi lupa siapa pencetusnya: "Jika kamu pergi ke perpustakaan atau toko buku dan merasa tidak ada buku yang ingin kamu baca, maka tugasmu menulisnya!"

Itu tadi pentingnya menulis dari segi pembaca. Yang lebih penting, pentingnya menulis cerita dari segi penulis adalah kita bisa belajar tentang sistem kehidupan. Weleh.., apa iya?? Iya donk...contohnya kita akan menyadari bahwa hidup ini berimbang, cz kita tidak bisa menggambarkan tokoh super buaaiiikkk tanpa menghadirkan tokoh-tokoh lain yang derajat kebaikannya kurang dari super. Atau kalau mau ekstrim, kita butuh menghadirkan tokoh jahat supaya pembaca bisa menilai tokoh lain lebih baik. Artinya di dunia ini baik yang jahat atau yang baik sama-sama sedang memainkan peranya.
 

Contoh lain, dengan menulis cerita kita bisa belajar bahwa setiap kejadian itu berkaitan satu sama lain, tidak ada kejadian yang terjadi tanpa dilatari kejadian sebelumnya. Tidak mungkin tiba-tiba seseorang memukul orang yang baru ditemui di tengah jalan tanpa ada maksud dan sebab. Kecuali si pemukul itu gila! Tapi kondisi gila itu sendiri adalah sebab yang harus dijabarkan penulis, bukan?!
 

Dan jika pelajaran-pelajaran tentang sistem kehidupan itu sudah sedemikian terpola dalam otak, sebagai penulis seharusnya bisa melihat permasalahan real di dunia nyata dari berbagai dimensi yang berbeda. Misalnya teman kita yang biasanya baik, santun, lemah lembut, tiba-tiba datang sambil membentak-bentak, sudah pasti ada kejadian lain yang telah dialaminya. Bisa jadi ada masalah dalam keluarganya atau dia abis diputusin pacaranya. Jadi saat itu kita tidak boleh terpancing emosi dan balas membentaknya melainkan bisa menempatkan diri pada posisi yang seharusnya. Itulah mengapa seorang penulis biasanya lebih tenang dan bijak menghadapi setiap persoalan *todong buku pada masing-masing penulis :3
'n buat kamu yang mau belajar bijak dalam hidup, cobalah mulai menulis cerita...^_^

ok deh, s'lamat membaca dan menulis cerita!!



buat yang pingin tau dalam bentuk kolom komentar + mau ikutan lomba review juga silahkan klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar