Di antara ciri utama berdakwah tidak saja mengamalkan ajaranNya dan menjauhi
segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang
Muslim di manapun ia berada. Allah berfirman pada sebuah ayat: wa qaala
innanii minal muslimiin. Dengan kata lain tidak cukup seorang mengamalkan
Islam hanya dengan shalat, membayar zakat dan menjalankan haji, sementara dalam
hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam,
misalnya ia tidak merasa berdosa
dengan mempertontonkan auratnya di mana-mana, bergandengan tangan dengan wanita
bukan istrinya di depan banyak orang, melakukan kemaksiatan, kezhaliman,
korupsi, judi, perzinaan dengan terang-terangan. Anehnya, dia merasa malu untuk
menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya. Ia tidak merasa bangga sebagai
seorang muslim. Bahkan Islam yang dipeluk digerogoti ajarannya sedikit
demi sedikit, dengan sikap memperdebatkan prinsip-prinsipnya yang sudah baku,
mencari-cari dalil untuk membangun keraguan terhadap kebenaran Islam.
Seorang aktivis dakwah sejati selalu
bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Ia tidak takut menampilkan
Islam sebagai pribadinya. Sungguh krisis umat Islam di mana-mana kini adalah
krisis keberanian untuk menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam
mengajarkan kedisiplinan, kebersihan, dan akhlak mulia, tetapi umat Islam di
mana-mana selalu terkesan jorok, kotor dan beringas. Islam mengajarkan
kejujuran, dan ketegasan dalam menegakkan hukum, tetapi penipuan dan korupsi
justru merebak di tengah masyarakat yang mayoritasnya umat Islam. Mengapa ini
semua terjadi? Bukankah orang-orang non-muslim sudah sedemikian jauh
menampilkan dirinya sebagai bangsa yang bersih, disiplin dan lain sebagainya?
Benar, jika kemudian saya mendengar
penyataan salah seorang muallaf : “Saya masuk Islam bukan karena umat
Islam, melainkan karena kebenaran Islam. Seandainya umat Islam mampu
menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka akan
berbondong-bondong masuk Islam.” Bahkan ada ungkapan yang sangat terkenal dan
diulang-ulang hampir dalam setiap seminar di dalam di luar negeri: al-Islam
mahjuubun bil muslimiin (kebenaran Islam terhalang oleh orang-orang-orang
Islam sendiri). Perhatikan realitasnya, apa yang sedang berlangsung dalam diri
umat Islam di mana-mana. Ya, kalau tidak berperang di antara mereka sendiri,
mereka dizhalimi oleh pemimpinnya sendiri yang mengaku muslim.
Karenanya menampilkan Islam secara jujur
dalam diri sebagai pribadi, dalam rumah tangga, dalam bermasyarakat dan dalam
berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan, dan menurut ayat di atas
termasuk perbuatan yang sangat baik dan mulia. Oleh sebab itu pada ayat
berikutnya Allah mengajarkan agar seorang dai selalu menyadari posisinya yang
sangat mulia. Jangan sampai –karena suatu saat kelak menghadapi cobaan berupa
munculnya orang-orang yang menolak dakwahnya dan lain sebagainya– ia kemudian
emosional. Sehingga perkataannya lepas kontrol, lalu membalas cercaan mereka
dengan cercaan. Atau lebih dari itu ia kemudian putus asa, lalu menjadi lesu
dan patah arang. Akibatnya dakwah yang sangat Allah muliakan, ia lalaikan
begitu saja.
Tidak, tidak demikian pribadi seorang
aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah selalu menjiwai ayat ini: walaa
tastawil hasanatu walas sayyi’ah. Benar, tidak akan pernah sama antara
kebaikan dan keburukan. Kata-kata dakwah tetap lebih mulia dari kata-kata
pencerca. Pertahankan kata-kata yang baik itu untuk terus menghiasi lidah sang
dai. Jangan sampai terpengaruh emosi para pencerca lalu ditukar menjadi cercaan
pula. Karenanya Allah ajarkan konsep: idfa’ billatii hiya ahsan,
balaslah dengan ucapan yang lebih baik dan dengan cara yang lebih baik. Kata ahsan
juga diulang pada ayat lain: wajadilhum billatii hiya ahsan, suatu
sikap yang harus selalu menghiasi pribadi seorang dai setiap saat dan di
manapun ia berada, lebih-lebih saat menghadapi penolakan, cercaan dan makian.
Di saat seperti itu seorang dai, harus benar-benar tampil sempurna, bijak dan
tenang. Mengapa? Sebab ia membawa misi Allah Yang Maha Perkasa. Maka ia harus
selalu yakin dan percaya diri dengan posisinya. Tidak usah minder apalagi
rendah diri.
*pernah dimuat di mading kampus, eh ternyata kutipan dari dakwatuna.com. Tapi keren kog... Semoga bermanfaat ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar